“Ayo de lari!, lari aja lama. Kalian
tuh udah gede! Masih aja lelet.” Semprot kaka kelas.
“Hubungannya apa udah gede sama lari?”
Celetukku dalam hati.
Aku mencoba lari secepat mungkin agar
terhindar dari semprotan kaka kelas, tapi tiba-tiba ‘Brugg’, aku terjatuh.
Buru-buru aku bangkit, tapi semua sudah terlambat karena banyak sekali
anak-anak yang melihat kejadian memalukan tadi termasuk kakak kelas. Aku
berjalan dengan terpincang-pincang.
MASA
ORIENTASI SISWA
Setelah
lulus dari Sekolah Dasar aku melanjutkan sekolah menengah pertama yang ada di
salah satu kabupaten Cirebon. Aku mendaftar bersama kedua orangtuaku. Proses
pendaftaran berjalan dengan lancar, sampai tiba waktunya pengumuman seleksi
penerimaaan siswa baru diumumkan. Aku melihat pengumuman bersama temanku yang
juga mendaftar di sekolah yang sama denganku. Dan yaps namaku tercantum disana.
Aku senang bukan kepalang. Hari berikutnya aku dan orangtuaku melakukan
registrasi ulang ke sekolah. Dihari yang sama juga aku diberi tahu oleh panitia
penerimaan siswa baru bahwa selama 3 hari akan diadakan kegiatan Masa Orientasi
Siswa atau yang sering disebut MOS. Dalam kepalaku langsung terbayang aku akan
didandani seperti orang gila, akan dimarah-marahin, wah pokoknya engga deh sama
yang namanya MOS.
“De kamu kenapa? Kok bengong?” tanya
mamah yang juga membuyarkan lamunanku.
“Engga mah Cuma ngebayangin MOS ngeri
aja.” Jawabku
“Kok Ngeri? Ngeri kenapa?”
“Ituloh mah, yang dede liat dijalan
kalo MOS pada didandanin kaya orang gila”
“oooh gitu. Udah wajar sayang orang MOS
kaya gitu. Tapi mama juga gatau itu tujuannya buat apa?” jawab mama.
Sehari
sebelum kegiatan MOS dimulai aku di wajibkan kumpul untuk menyiapkan
barang-barang apa saja yang harus dibawa pada kegiatan MOS sekaligus
pembentukan kelompok. Aku dapat kelompok 7, daaan aku tidak sekelompok dengan
temanku.
“Yaampun ini persyaratan MOS? Gileee
banyak bener” ucapku pelan-pelan
“Besok kalian harus sudah kumpul jam 5
pagi ya?” kata salah satu kakak kelas
“Iya ka.” Jawab kami serentak
“Hai aku Miftahul. Boleh kenal?” Tanya
Miftahul
“Hai juga. Boleh boleh, aku Ria” jawabku
senang
“Heheh. Eh eh ini persyaratan MOS kok
ribet banget ya? Nama-namanya juga aneh. Dan yang paling nyebelin ini
persyaratan buanyaaaaak banget” cerocos Miftahul.
“Iya betul banget. Kaya mau camping
tujuh hari aja.” Jawabku sebel
“Gimana kalo kita cari bareng-bareng
aja?” ajak Miftahul.
“Ide bagus tuh. Boleh boleh boleh.”
Jawabku senang
Selesai
kumpul, kami langsung berburu persyaratan MOS. Mulai dari beli karung goni
untuk tas, makanan dan sebagainya.
***
Hari pertama MOS dimulai.
“Ayo de lari!, lari aja lama. Kalian
tuh udah gede! Masih aja lelet.” Semprot kaka kelas.
“Hubungannya apa udah gede sama lari?”
batinku.
Aku
mencoba lari secepat mungkin agar terhindar dari semprotan
kaka
kelas, tapi tiba-tiba ‘Brugg’, aku terjatuh. Aku buru-buru
bangkit,
tapi semua sudah terlambat karena banyak sekali
anak-anak
yang melihat kejadian memalukan tadi termasuk kaka kelas.
Aku berjalan dengan terpincang-pincang menahan
sakit.
“Ade
kenapa?” tanya kaka kelas
“Enggapapa ka hehe.” Jawabku dengan
tersipu malu.
Aaaah
rasanya ingin menghentikkan waktu. Coba saja aku tadi lebih hati-hati. Kejadian
memalukan tadi gabakal terjadi.
Akhirnya
sampai juga dikelas. Buru-buru aku cerita kejadian tadi ke Miftahul.
“wkwkwkwkwk” Mifahul terbahak-bahak.
“Lagian kamu ada-ada aja hahaha”
“Aaaah sakitnya tuh disini.” Tunjuk
hati
“Lebay banget deh. Tapi udah di obatin
kan?”
“Syudah”
Tiba-tiba
kakak kelas masuk. Raut wajah kami langsung berubah tegang. Batinku sudah
merasa ada sesuatu.
“Ayo dek, kita upacara pembukaan dulu.”
Perintah kakak kelas.
Ternyata
batinku salah. Lega nyaaaaa.
Selesai
pembukaan MOS kami disuruh kembali kekelas.
Tak berapa lama kakak kelas datang.
“Keluarkan semua persyaratan yang harus
dibawa?”
suruh kakak kelas.
Kami
buru-buru mengeluarkan semua persyaratan.
“Kalian disuruh membawa papan nama
warna biru kan?”
“Iya kak.” Jawab kami
“Tapi kenapa disini ada yang bawa warna
biru tua, biru muda.
Enggak kompak banget!” bentak kakak
kelas.
Yaaah
aku sih santai-santai aja, toh kalo dihukum ini hukuman bareng-bareng.
“Maaf kak besok kami akan lebih kompak
lagi” jawab Revi.
“Bagus. Tujuan kalian suruh bawa
persyaratan tuh agar kompak, agar terjalin komunikasi walaupun kalian baru
kenal.”
“Siap mengerti” jawab kami serentak
Mos hari pertama jauh dari apa yang aku
bayangkan. Kami melewatinya dengan senang gembira.
MOS
hari kedua
Hari
kedua ini diisi dengan kegiatan games. Sebelumnya kami disuruh membawa balon
masing-masing warna bebas.
“Kalian belum capek kan? Belum dooong?
Gimana kalo kita games aja?” kata kakak kelas
“Nah betul tuh kak.” Jawab Revi senang.
“Oke, keluarkan balon yang kakak suruh
bawa kemarin.”
Kami
pun menuju lapangan lalu meniup balon. Aku dan Miftahul memiliki balon yang
berbeda warna.
“Kenapa kita disuruh bawa balon ya?” tanya
Miftahul
“Ya buat games lah” jawabku sekenanya.
“Oh iya ya, hahaha”
“Sekarang tiup balon yang kalian bawa!
Jangan sampai meletus! Kalau udah, kalian cari teman yang warna balonnya sama
dengan kalian” perintah kakak kelas.
“Hah! Kita disuruh nyari orang yang
punya balon sama warnanya kaya punya kita? Ini kan orang banyak banget” tanyaku
terbengong-bengong.
“Iya nih, kita balonnya gasama lagi.
Tapi enggak papa barangkali aja aku dapet balon yang sama dengan cowok ganteng”
jawab Miftahul semangat.
“Ih kamu mah cowok mulu. Dasar!”
Aku
mulai mencari balon yang sama denganku. Aku membawa balon warna hijau. Warna
yang tidak populer sama sekali. Dan
memang betul disini banyak anak-anak yang membawa balon warna biru dan pink. Lalu
keajaiban datang menghampiriku. Aku melihat beberapa orang membawa balon warna
hijau. Ah bukan main senangnya, ternyata aku tidak sendiri. Aku langsung lari
menghampiri mereka, lari dengan hati-hati tentunya.
“Hai, dari tadi aku cari-cari kelompok
balon warna hijau, taunya disini sudah banyak.” Ucapku sambil ngos-ngosan.
“Hahaha gapapa bisa melatih kesabaran
sama melatih mata” jawab Lusi.
“Hahaha kamu bisa aja”
Permainan
pun dimulai, aku dan teman-teman bermain sambung lagu.
“Kalo ada yang salah misahin sendiri
ya?” tutur kakak kelas.
Aku
dan teman-teman bermain sangat gembira, dan alhamdulillah sambung lagu yang
kami mainkan tidak ada yang salah. Hari kedua MOS diakhiri dengan riang.
***
MOS
hari terakhir
Seperti
biasa aku dan teman-teman sudah ada di sekolah dari pukul 5 pagi. Kegiatan MOS
terkhir ini diisi dengan penutupan dan pengesahan siswa-siswi baru. Upacara
penutupan pun dimulai.
“Eh bentar lagi kita sah siswa-siswi
SMP” kata Maysaroh senang.
“Ciyee yang bentar lagi jadi anak
remaja” goda Miftahul.
“Ciyeciyeee” sambung ulfah.
“Hihihi iya nih. Aaah akhirnya selesai
juga perjuangan MOS kita” Jawabku senang.
Selesai
penutupan, kami kembali ke kelas dan ternyata dikelas sudah ada kakak kelas.
Kami langsung duduk di tempat masing- masing.
“Saya mewakili kakak-kakak kelas yang
ada di sini memohon maaf pada adik-adik jika ada kata-kata yang melukai hati
kalian baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami berharap adik-adik
merasa nyaman dan gembira sekolah disini. Selamat datang dan selamat berjuang”
Semua
siswa-siswi bertepuk tangan meluapkan kegembiraan mereka. Kegiatan MOS diakhiri
dengan sangat meriah.
Apa
yang aku bayangkan dan pikirkan tentang Masa Orientasi Siswa jauh berbeda
dengan kenyataannya. Kegiatan MOS yang dilaksanakan disini sangat menyenangkan
dan membuat kita menjadi akrab dengan teman-teman yang lain. Pokoknya kegiatan
MOS ini menjadikan kita lebih disiplin dan lebih menghargai waktu.
The end
RIA RISNASARI
DIII PIKES