Jumat, 26 September 2014

Masa Orientasi Siswa


“Ayo de lari!, lari aja lama. Kalian tuh udah gede! Masih aja lelet.” Semprot kaka kelas.

“Hubungannya apa udah gede sama lari?” Celetukku dalam hati.
Aku mencoba lari secepat mungkin agar terhindar dari semprotan kaka kelas, tapi tiba-tiba ‘Brugg’, aku terjatuh. Buru-buru aku bangkit, tapi semua sudah terlambat karena banyak sekali anak-anak yang melihat kejadian memalukan tadi termasuk kakak kelas. Aku berjalan dengan terpincang-pincang.
 
 

MASA ORIENTASI SISWA



Setelah lulus dari Sekolah Dasar aku melanjutkan sekolah menengah pertama yang ada di salah satu kabupaten Cirebon. Aku mendaftar bersama kedua orangtuaku. Proses pendaftaran berjalan dengan lancar, sampai tiba waktunya pengumuman seleksi penerimaaan siswa baru diumumkan. Aku melihat pengumuman bersama temanku yang juga mendaftar di sekolah yang sama denganku. Dan yaps namaku tercantum disana. Aku senang bukan kepalang. Hari berikutnya aku dan orangtuaku melakukan registrasi ulang ke sekolah. Dihari yang sama juga aku diberi tahu oleh panitia penerimaan siswa baru bahwa selama 3 hari akan diadakan kegiatan Masa Orientasi Siswa atau yang sering disebut MOS. Dalam kepalaku langsung terbayang aku akan didandani seperti orang gila, akan dimarah-marahin, wah pokoknya engga deh sama yang namanya MOS.
“De kamu kenapa? Kok bengong?” tanya mamah yang juga membuyarkan lamunanku.
“Engga mah Cuma ngebayangin MOS ngeri aja.” Jawabku
“Kok Ngeri? Ngeri kenapa?”
“Ituloh mah, yang dede liat dijalan kalo MOS pada didandanin kaya orang gila”
“oooh gitu. Udah wajar sayang orang MOS kaya gitu. Tapi mama juga gatau itu tujuannya buat apa?” jawab mama.
Sehari sebelum kegiatan MOS dimulai aku di wajibkan kumpul untuk menyiapkan barang-barang apa saja yang harus dibawa pada kegiatan MOS sekaligus pembentukan kelompok. Aku dapat kelompok 7, daaan aku tidak sekelompok dengan temanku.
“Yaampun ini persyaratan MOS? Gileee banyak bener” ucapku pelan-pelan
“Besok kalian harus sudah kumpul jam 5 pagi ya?” kata salah satu kakak kelas
“Iya ka.” Jawab kami serentak
“Hai aku Miftahul. Boleh kenal?” Tanya Miftahul
“Hai juga. Boleh boleh, aku Ria” jawabku senang
“Heheh. Eh eh ini persyaratan MOS kok ribet banget ya? Nama-namanya juga aneh. Dan yang paling nyebelin ini persyaratan buanyaaaaak banget” cerocos Miftahul.
“Iya betul banget. Kaya mau camping tujuh hari aja.” Jawabku sebel
“Gimana kalo kita cari bareng-bareng aja?” ajak Miftahul.
“Ide bagus tuh. Boleh boleh boleh.” Jawabku senang
Selesai kumpul, kami langsung berburu persyaratan MOS. Mulai dari beli karung goni untuk tas, makanan dan sebagainya.
***
Hari pertama MOS dimulai.
“Ayo de lari!, lari aja lama. Kalian tuh udah gede! Masih aja lelet.” Semprot kaka kelas.
“Hubungannya apa udah gede sama lari?” batinku.
Aku mencoba lari secepat mungkin agar terhindar dari semprotan
kaka kelas, tapi tiba-tiba ‘Brugg’, aku terjatuh. Aku buru-buru
bangkit, tapi semua sudah terlambat karena banyak sekali
anak-anak yang melihat kejadian memalukan tadi termasuk kaka kelas.
 Aku berjalan dengan terpincang-pincang menahan sakit.
“Ade kenapa?” tanya kaka kelas
“Enggapapa ka hehe.” Jawabku dengan tersipu malu.
Aaaah rasanya ingin menghentikkan waktu. Coba saja aku tadi lebih hati-hati. Kejadian memalukan tadi gabakal terjadi.
Akhirnya sampai juga dikelas. Buru-buru aku cerita kejadian tadi ke Miftahul.
“wkwkwkwkwk” Mifahul terbahak-bahak. “Lagian kamu ada-ada aja hahaha”
“Aaaah sakitnya tuh disini.” Tunjuk hati
“Lebay banget deh. Tapi udah di obatin kan?”
“Syudah”
Tiba-tiba kakak kelas masuk. Raut wajah kami langsung berubah tegang. Batinku sudah merasa ada sesuatu.
“Ayo dek, kita upacara pembukaan dulu.” Perintah kakak kelas.
Ternyata batinku salah. Lega nyaaaaa.
Selesai pembukaan MOS kami disuruh kembali kekelas.
 Tak berapa lama kakak kelas datang.
“Keluarkan semua persyaratan yang harus dibawa?”
suruh kakak kelas.
Kami buru-buru mengeluarkan semua persyaratan.
“Kalian disuruh membawa papan nama warna biru kan?”
“Iya kak.” Jawab kami
“Tapi kenapa disini ada yang bawa warna biru tua, biru muda.
Enggak kompak banget!” bentak kakak kelas.
Yaaah aku sih santai-santai aja, toh kalo dihukum ini hukuman bareng-bareng.
“Maaf kak besok kami akan lebih kompak lagi” jawab Revi.
“Bagus. Tujuan kalian suruh bawa persyaratan tuh agar kompak, agar terjalin komunikasi walaupun kalian baru kenal.”
“Siap mengerti” jawab kami serentak
Mos hari pertama jauh dari apa yang aku bayangkan. Kami melewatinya dengan senang gembira.
 

MOS hari kedua
Hari kedua ini diisi dengan kegiatan games. Sebelumnya kami disuruh membawa balon masing-masing warna bebas.
“Kalian belum capek kan? Belum dooong? Gimana kalo kita games aja?” kata kakak kelas
“Nah betul tuh kak.” Jawab Revi senang.
“Oke, keluarkan balon yang kakak suruh bawa kemarin.”
Kami pun menuju lapangan lalu meniup balon. Aku dan Miftahul memiliki balon yang berbeda warna.
“Kenapa kita disuruh bawa balon ya?” tanya Miftahul
“Ya buat games lah” jawabku sekenanya.
“Oh iya ya, hahaha”
“Sekarang tiup balon yang kalian bawa! Jangan sampai meletus! Kalau udah, kalian cari teman yang warna balonnya sama dengan kalian” perintah kakak kelas.
“Hah! Kita disuruh nyari orang yang punya balon sama warnanya kaya punya kita? Ini kan orang banyak banget” tanyaku terbengong-bengong.
“Iya nih, kita balonnya gasama lagi. Tapi enggak papa barangkali aja aku dapet balon yang sama dengan cowok ganteng” jawab Miftahul semangat.
“Ih kamu mah cowok mulu. Dasar!”
Aku mulai mencari balon yang sama denganku. Aku membawa balon warna hijau. Warna yang tidak populer sama  sekali. Dan memang betul disini banyak anak-anak yang membawa balon warna biru dan pink. Lalu keajaiban datang menghampiriku. Aku melihat beberapa orang membawa balon warna hijau. Ah bukan main senangnya, ternyata aku tidak sendiri. Aku langsung lari menghampiri mereka, lari dengan hati-hati tentunya.
“Hai, dari tadi aku cari-cari kelompok balon warna hijau, taunya disini sudah banyak.” Ucapku sambil ngos-ngosan.
“Hahaha gapapa bisa melatih kesabaran sama melatih mata” jawab Lusi.
“Hahaha kamu bisa aja”
Permainan pun dimulai, aku dan teman-teman bermain sambung lagu.
“Kalo ada yang salah misahin sendiri ya?” tutur kakak kelas.
Aku dan teman-teman bermain sangat gembira, dan alhamdulillah sambung lagu yang kami mainkan tidak ada yang salah. Hari kedua MOS diakhiri dengan riang.
***
MOS hari terakhir
Seperti biasa aku dan teman-teman sudah ada di sekolah dari pukul 5 pagi. Kegiatan MOS terkhir ini diisi dengan penutupan dan pengesahan siswa-siswi baru. Upacara penutupan pun dimulai.
“Eh bentar lagi kita sah siswa-siswi SMP” kata Maysaroh senang.
“Ciyee yang bentar lagi jadi anak remaja” goda Miftahul.
“Ciyeciyeee” sambung ulfah.
“Hihihi iya nih. Aaah akhirnya selesai juga perjuangan MOS kita” Jawabku senang.
Selesai penutupan, kami kembali ke kelas dan ternyata dikelas sudah ada kakak kelas. Kami langsung duduk di tempat masing- masing.
“Saya mewakili kakak-kakak kelas yang ada di sini memohon maaf pada adik-adik jika ada kata-kata yang melukai hati kalian baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami berharap adik-adik merasa nyaman dan gembira sekolah disini. Selamat datang dan selamat berjuang”
Semua siswa-siswi bertepuk tangan meluapkan kegembiraan mereka. Kegiatan MOS diakhiri dengan sangat meriah.
Apa yang aku bayangkan dan pikirkan tentang Masa Orientasi Siswa jauh berbeda dengan kenyataannya. Kegiatan MOS yang dilaksanakan disini sangat menyenangkan dan membuat kita menjadi akrab dengan teman-teman yang lain. Pokoknya kegiatan MOS ini menjadikan kita lebih disiplin dan lebih menghargai waktu. 




The end

RIA RISNASARI
DIII PIKES